Wall Street On-Chain Bagian 1— Akankah Bitcoin Jadi Aset Baru?
Bitcoin menunjukkan kinerja yang kuat dalam setahun terakhir, memperlebar kesenjangan kinerjanya terhadap altcoin. Bitcoin kerap digambarkan sebagai “emas digital” karena dianggap sebagai penyimpan nilai dan berpotensi sebagai lindung nilai terhadap inflasi. Berdasarkan perkembangan terkini dan adopsi bitcoin oleh berbagai institusi, laporan ini mengkaji apakah BTC bisa menjadi aset baru serta mengamati beberapa pesaing potensial bitcoin.
Penafian Riset
Penafian Tim Riset dan Wawasan Crypto.com tentang laporan riset
Ringkasan Eksekutif
- Bitcoin adalah pelopor pasar uang kripto, dan menunjukkan kinerja yang kuat dalam setahun terakhir sehingga memperlebar kesenjangan kinerjanya terhadap altcoin. Perbedaan kinerja antara Bitcoin dan altcoin memantik gagasan bahwa Bitcoin harus dilihat sebagai kelas aset unik yang berbeda dengan altcoin.
- Dibandingkan dengan aset konvensional seperti emas, rasio stok-to-flow (S2F) Bitcoin (mengukur kelangkaan aset dengan mengambil cadangan yang ada [stok] dan membaginya dengan produksi aset per tahun [flow]) mengalami kenaikan eksponensial dalam beberapa tahun berkat halving. Ini bisa berarti Bitcoin dapat menyaingi emas dalam soal kelangkaan, yang mendukung statusnya sebagai “emas digital“. Belakangan ini, korelasi antara kinerja Bitcoin dan emas dalam jangka pendek mencapai level tertinggi (0,52) sejak 2020 sehingga memperkuat karakter Bitcoin sebagai safe-haven.
- Indeks kinerja BTC dan ekuitas pada 2024 tidak menunjukkan korelasi yang lebih kuat dibandingkan kinerja antara BTC dan emas. Hal ini juga menunjukkan bahwa kinerja Bitcoin tidak sejalan dengan pasar saham.
- Altcoin dengan kapitalisasi besar seperti Ethereum, Solana, dan XRP juga memicu perdebatan tentang apakah altcoin bisa mengikuti jejak Bitcoin dalam waktu dekat.
- Kesenjangan antara Kap Pasar dan Volume Jual-Beli: Kapitalisasi pasar gabungan ETH, XRP, dan SOL sebagai persentase dari kap pasar Bitcoin mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, dan berada di angka 28% pada akhir Februari 2025. Volume jual-beli Bitcoin umumnya juga lebih tinggi daripada altcoin, mencerminkan kesenjangan antara ukuran dan likuiditas.
- Adopsi Institusi dan Ritel: Investor institusi lebih memilih Bitcoin ketimbang ETH. Tren adopsi global BTC pun lebih kuat daripada ETH berdasarkan pertumbuhan basis pengguna masing-masing.
- RWA dan Koin Stabil: Platform kontrak pintar, seperti Ethereum dan Solana, banyak digunakan dalam transaksi blockhain, penerbitan koin stabil, dan tokenisasi aset dunia nyata (RWA). Tokenisasi RWA dapat menjadi pendorong adopsi massal altcoin.
- Bitcoin memiliki Efek Lindy (konsep yang menunjukkan bahwa makin lama sesuatu bertahan atau digunakan, makin besar kemungkinannya untuk tetap ada pada masa depan) yang sulit digantikan. Bitcoin telah bertahan melalui ketidakpastian makroekonomi dan berbagai tantangan lain sejak kemunculannya dan tetap berhasil mempertahankan posisi terdepan, mencerminkan bahwa Bitcoin berpeluang besar untuk tetap penting dan relevan.
1. Pendahuluan
Sebagai mata uang kripto pertama, Bitcoin adalah pelopor pasar uang kripto, dengan kapitalisasi pasar US$2,9 triliun pada akhir Februari 2025, menjadi mata uang kripto terbesar ke-10 dunia. Bitcoin juga memimpin token kripto lainnya (dikenal sebagai altcoin) dalam hal kapitalisasi pasar, dengan dominasi Bitcoin mencapai 59% pada akhir Februari, menurut CoinGecko.
Bitcoin kerap digambarkan sebagai “emas digital”, terutama karena sebagian investor menganggapnya sebagai penyimpan nilai dan lindung nilai yang potensial terhadap inflasi. Berdasarkan perkembangan terkini Bitcoin dan adopsinya oleh institusi, laporan ini bertujuan mengkaji apakah Bitcoin bisa menjadi aset baru di luar narasi ‘aset kripto’.
2. Bitcoin vs. Altcoin
Meskipun kapitalisasi pasar Bitcoin dan altcoin (mata uang kripto selain bitcoin) umumnya melintasi trajektori yang serupa, Bitcoin menunjukkan kinerja yang kuat dalam setahun terakhir, memperlebar kesenjangan dengan kinerja altcoin. Terlebih lagi, kapitalisasi pasar Bitcoin meningkat 50% dalam 12 bulan terakhir, sedangkan altcoin hanya meningkat 9%. Ini dapat dikaitkan dengan sejumlah faktor pendorong, termasuk peluncuran reksa dana ETF (exchange-traded fund) spot Bitcoin AS, dampak pilpres AS terhadap lanskap uang kripto, dan peristiwa halving keempat pada jaringan Bitcoin.
Adapun keterkaitannya dengan aset lain, korelasi antara Bitcoin dan altcoin dengan kapitalisasi besar mengalami penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir, sementara korelasi antara BTC dan ETH umumnya tetap kuat, sekitar 0,6–0,8. Namun, korelasi Bitcoin dengan Solana justru berfluktuasi dalam rentang yang lebih besar, bahkan menunjukkan tren menurun yang signifikan. Di sisi lain, korelasi Bitcoin dengan XRP lebih lemah dibandingkan dengan ETH atau SOL, disertai fluktuasi yang tinggi dalam enam bulan terakhir.
3. Bitcoin vs. Aset Konvensional
3.1 Bitcoin vs. Emas
Bitcoin kerap dianggap sebagai “emas digital” karena suplainya terbatas dan prosedur penambangannya mirip. Oleh karena itu, Bitcoin memiliki kemampuan potensial untuk bertindak sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penyimpan nilai layaknya emas.
Salah satu metode populer untuk mengevaluasi harga Bitcoin adalah model stock-to-flow (S2F), yang diciptakan oleh seorang investor yang dikenal sebagai PlanB dan dipopulerkan pada 2019. Meski bukan teori formal, S2F menghitung kelangkaan aset (misalnya emas) dengan rumus berikut:
S2F = stock/flow—stock adalah jumlah cadangan yang ada (total suplai yang sudah ditambang) dan flow adalah produksi aset per tahun. Dengan kata lain, S2F menghitung berapa tahun waktu yang diperlukan untuk memproduksi stok saat ini. Rasio stock-to-flow yang lebih tinggi dikaitkan dengan aset yang lebih langka.
Rasio S2F emas lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya, termasuk perak (rasio S2F 22), sehingga emas berstatus sebagai penyimpan nilai. Sementara rasio S2F-nya relatif stabil, berkisar 50–60 dalam dekade terakhir, rasio S2F Bitcoin mengalami peningkatan eksponensial dalam sepuluh tahun terakhir berkat halving, bahkan mencapai lebih dari 500.000 pada 2024. Ini bisa berarti Bitcoin dapat menyaingi emas dalam soal kelangkaan, yang mendukung statusnya sebagai “emas digital”.
Perlu dicatat, ada beberapa kelemahan yang teridentifikasi pada S2F, termasuk penyederhanaan yang lewah pada pergerakan harga dan “rasa kepastian palsu” pada investor bahwa harga akan naik, sebagaimana dikatakan Vitalik Buterin. Di samping itu, sejumlah orang mengkritik asumsinya, termasuk bagaimana kointegrasi (hubungan jangka panjang antara dua variabel deret waktu) tidak disertakan dalam S2F.
Lagi pula, korelasi antara Bitcoin dan emas mengalami transformasi signifikan seiring waktu, mencerminkan perilaku pasar dan persepsi investor yang berlainan. Keterkaitan ini terlihat jelas selama periode ketidakpastian ekonomi dan ketidakstabilan geopolitik. Belakangan ini, korelasi antara kinerja Bitcoin dan emas dalam jangka pendek (30 hari) mencapai level tertinggi (0,52) sejak 2020 sehingga memperkuat karakter Bitcoin sebagai safe-haven.
Di sisi lain, Bitcoin masih lebih volatil dibandingkan emas. Volatilitas Bitcoin selama setahun berkisar 40%–110% dalam sembilan tahun terakhir, sedangkan fluktuasi emas berkisar 9%–20%. Maka, ada investor yang meragukan apakah Bitcoin dapat memberikan pelindungan yang baik dalam masa volatilitas. Namun, kami melihat volatilitas Bitcoin cenderung menurun seiring waktu dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada saat artikel ini ditulis, volatilitasnya 52%.
3.2 Bitcoin vs. Ekuitas
Indeks kinerja BTC dan ekuitas tahun lalu tidak menunjukkan korelasi yang lebih kuat dibandingkan kinerja antara BTC dan emas. Ini juga menyiratkan bahwa kinerja Bitcoin tidak sejalan dengan pasar saham.
4. Penantang Potensial Bitcoin — Mengapa atau Mengapa Tidak?
Altcoin dengan kapitalisasi besar seperti Ethereum, Solana, dan XRP belakangan ini makin populer dan banyak diperbincangkan karena berpotensi digunakan sebagai reksa dana ETF. Koin alternatif ini juga memantik perdebatan tentang apakah altcoin bisa mengikuti jejak Bitcoin dalam waktu dekat.
Kesenjangan dalam Kap Pasar dan Volume Jual-Beli
Kapitalisasi pasar gabungan ETH, XRP, dan SOL sebagai persentase dari kap pasar Bitcoin mencapai sekitar 66% pada akhir 2021, tetapi cenderung menurun dalam tiga tahun terakhir, dan berada di angka 28% pada akhir Februari 2025.
Demikian pula, volume jual-beli Bitcoin umumnya lebih tinggi daripada altcoin, bahkan lebih tinggi ketimbang Ethereum, Solana, dan XRP. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan dalam volume dan likuiditas Bitcoin dibandingkan altcoin, yang diperlukan untuk adopsi (misalnya dalam konteks trader yang mengeksekusi order dalam jumlah besar dan investor yang mengelola portofolio).
Adopsi Institusional dan Ritel
Bitcoin juga memimpin dalam adopsi institusional, bahkan ETF spot Bitcoin AS mencatat arus masuk bersih $37 miliar sejak diluncurkan pada Januari 2024, jauh lebih besar dari ETF spot Ethereum AS ($2,8 miliar) yang diluncurkan pada Juli 2024. Ihwal aset kelolaan (AUM) dan volume, ETF Bitcoin mencatat masing-masing $101 miliar dan $780 miliar pada 28 Februari atau sekitar 14x dan 13x lipat ETF Ethereum (masing-masing $7 miliar dan $58 miliar).
Di samping itu, pilpres AS beberapa waktu yang lalu telah mengubah sentimen kripto dengan harapan kebijakan akan lebih ramah kripto. Salah satunya ialah kemungkinan disetujuinya lebih banyak ETF altcoin, terbukti dengan meningkatnya jumlah pengajuan—termasuk XRP, Litecoin, dan Solana—serta pengakuan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS seputar ETF ini. Dengan makin banyaknya pilihan investasi yang tersedia, aliran modal dan adopsi altcoin oleh institusi akan meningkat pula. Namun, dilihat dari trajektori dan adopsi ETF Ethereum, ETF altcoin ini agaknya memerlukan waktu untuk menyusul BTC.
Di sisi adopsi ritel, tren adopsi global BTC lebih kuat ketimbang ETH sebagaimana terlihat pada pertumbuhan basis pengguna masing-masing. Walaupun pemilik Ethereum memiliki tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 84% dibandingkan dengan CAGR BTC sebesar 48% dalam empat tahun terakhir, kemiringan garis tren BTC lebih curam daripada ETH, menunjukkan besarnya potensi adopsi BTC pada masa depan.
Aset Dunia Nyata dan Koin Stabil
Blockchain altcoin seperti Ethereum dan Solana banyak digunakan untuk menerbitkan koin stabil dengan total nilai terkunci (TVL) masing-masing sebesar 54% dan 5% pada saat artikel ini ditulis.
Koin stabil sering dianggap sebagai “uang digital” karena koin ini umumnya dipatok ke uang fiat. Koin stabil lazim digunakan untuk mendukung berbagai transaksi DeFi, seperti transaksi di bursa tersentralisasi, pinjam-meminjam, dan yield farming. Koin stabil juga berperan di ranah aset dunia nyata (RWA). Di sini koin stabil didukung dengan aset berwujud yang ditokenisasi (misalnya treasury dan ekuitas) untuk meningkatkan likuiditas dan aksesibilitas.
Kap pasar koin stabil melonjak 258% dari April 2021 sampai Februari 2025, jauh lebih besar ketimbang BTC yang hanya 53% pada periode yang sama. Dari data ini, kita dapat melihat bahwa koin stabil dan RWA bakal menjadi pendorong utama adopsi massal altcoin.
5. Simpulan
Bitcoin memainkan peran yang unik dalam dunia kripto, dan memiliki Efek Lindy. Bitcoin telah mengalami fluktuasi dalam 16 tahun terakhir dan tetap bertahan melalui ketidakpastian makroekonomi dan berbagai tantangan lain serta berhasil mempertahankan kap pasar di posisi teratas, yang mencerminkan bahwa Bitcoin berpeluang besar untuk tetap menjadi penting dan relevan pada masa mendatang.
Di luar kripto, Bitcoin juga memperluas signifikansinya di ruang aset yang lebih luas, bahkan kerap dijadikan tolok ukur terhadap emas dan kelas aset lainnya. Kami berharap Bitcoin makin diakui sebagai aset, didukung oleh perkembangan yang menguntungkan seperti kebijakan yang lebih ramah kripto dan peningkatan adopsi oleh institusi.
Baca laporan lengkap: Wall Street On-Chain Bagian 1 — Akankah Bitcoin Jadi Aset Baru?
Ingin tahu lebih lanjut? Akses berbagai laporan eksklusif dengan mendaftar sebagai anggota Private, mengikuti Program VIP Crypto.com Exchange, atau mengoleksi NFT Loaded Lions.
Penulis
Tim Riset dan Wawasan Crypto.com
Dapatkan info pasar, DeFi, dan NFT terkini yang dikirim ke kotak masuk Anda.
Jadilah orang pertama yang menyimak wawasan terbaru.
Bagikan ke Teman
Artikel Terkait
Alpha Navigator: Quest for Alpha [September 2025]
Market Update (September 2025)
The Institutional Stablecoin Nexus – Convergence of TradFi, Regulation, and Crypto-Native Innovation
Siap memulai perjalanan kripto Anda?
Dapatkan panduan langkah demi langkah untuk menyiapkanakun Crypto.com
Dengan mengeklik tombol Kirim, saya menyatakan telah membaca Pemberitahuan Privasi Crypto.com tempat kami menjelaskan cara kami menggunakan dan melindungi data pribadi Anda.
