Level Resistance

Sebagai komponen penting dalam analisis teknis, level resistance (tahanan atas) membantu trader mengidentifikasi potensi titik balik di pasar dan mengembangkan strategi jual-beli. Level resistance adalah titik harga saat suatu mata uang kripto biasanya mengalami tekanan jual yang mencegah kenaikan lebih lanjut.

Pada level ini harga cenderung tertahan, tidak dapat bergerak lebih tinggi, karena jumlah penjual lebih banyak dari pembeli sehingga momentum kenaikan terhenti atau berbalik arah. Level resistance terbentuk ketika sejumlah besar trader meyakini bahwa mata uang kripto tersebut nilainya terlalu tinggi pada harga tertentu sehingga mendorong mereka untuk menjualnya. Akibatnya, harga sulit menembus di atas level resistance.

Trader dapat mengidentifikasi level resistance dengan menggunakan berbagai metode, di antaranya menganalisis pergerakan harga sebelumnya menggunakan garis horizontal, garis tren, dan moving average (MA). Di samping itu, mirip dengan level support (tahanan bawah), level resistance sering kali terjadi pada harga psikologis yang signifikan, seperti angka bulat (misalnya $100.000 untuk Bitcoin), yang diperkirakan trader harga tersebut menghadapi tekanan jual yang kuat.

Jika suatu mata uang kripto sebelumnya mengalami kesulitan naik di atas titik harga tertentu beberapa kali, harga ini dianggap sebagai level resistance; trader pun akan menjual asetnya untuk mengantisipasi penurunan harga. Di samping itu, trader juga sering menetapkan order take-profit di dekat level resistance. Jadi, jika harga mencapai target take-profit, perdagangan secara otomatis ditutup untuk mengunci keuntungan karena harga diperkirakan tidak akan naik lagi.

Jika harga berhasil menembus di atas level resistance, ini menandakan penembusan (breakout) sehingga level resistance sebelumnya dapat menjadi level support baru. Penembusan ini sering kali mengindikasikan momentum bullish yang kuat dan dapat menyebabkan kenaikan harga lebih lanjut.

Perhatikan, adakalanya harga naik sebentar di atas level resistance, tetapi kemudian turun lagi di bawahnya, yang dikenal sebagai “false breakout” (penembusan palsu). Keadaan ini dapat menyesatkan trader yang mengira harga akan terus naik.